Representasi Unsur Budaya dalam Cerita Rakyat Indonesia: Kajian Terhadap Status Sosial dan Kebudayaan Masyarakat
Abstract
Status sosial memiliki hubungan erat dengan kebudayaan masyarakat. Status sosial berkaitan dengan unsur kebudayaan, khususnya unsur sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial. Status sosial itu menggolongkan masyarakat menjadi lapisan-lapisan tertentu, seperti status sosial tinggi, menengah, dan rendah. Perbedaan ini disebut dengan stratifikasi sosial yang terjadi karena adanya kelompok- kelompok dan struktur yang berbeda dalam masyarakat. Sebagai anggota kelompok, seseorang mempunyai suatu kedudukan tertentu dalam kelompoknya. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana status sosial sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat direperentasikan dalam cerita rakyat Indonesia. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah mengemukakan representasi status sosial sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat dalam cerita rakyat Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kepustakaan dengan menggunakan pendekatan sosio-budaya. Dalam sebagian besar cerita rakyat Indonesia masalah perbedaan status sosial dalam kaitannya dengan pernikahan pada awalnya datang dari sikap tokoh yang memiliki status sosial yang cukup tinggi karena keturunan. Status keturunan merupakan status yang diberikan (ascribed status) dan merupakan status yang diperoleh secara otomatis. Dalam cerita rakyat Indonesia, pada umumnya digambarkan bahwa untuk bisa memasuki jenjang pernikahan, seorang laki-laki dan perempuan harus memiliki status sosial yang setara. Asumsi tersebut terbentuk karena pengaruh sistem kemasyarakatan yang berlaku. Sistem kemasyarakatan tersebut merupakan bagian dari unsur kebudayaan masyarakat. Dalam cerita rakyat Indonesia, ada dua macam solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah perbedaan status dalam perkawinan. Solusi pertama, menikah tanpa restu orang tua yang berarti melanggar sistem sosial dan kebudayaan yang berlaku. Solusi ini merupakan solusi yang ekstrem sehingga tidak selayaknya dilakukan. Solusi kedua tampaknya lebih bijak. Solusi kedua adalah meningkatkan status sosial bagi yang lebih rendah statusnya dengan cara menggapai achieved status (status yang diperjuangkan). Status ini merupakan status yang sengaja diraih oleh seseorang. Status sosial ini bersifat terbuka dan tidak didasarkan pada kelahiran, keturunan, ataupun jenis kelamin. Status ini sangat bergantung pada kemampuan individu untuk meraih status tersebut. Bentuk-bentuk status sosial ini adalah prestasi, misalnya memenangkan sayembara untuk mendapatkan puteri raja. Masyarakat biasanya memberikan apresiasi yang tinggi terhadap orang yang berprestasi ini.
Downloads
References
Danandjaja, James. (1984). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-Lain. Jakarta: Grafiti Pers.
Faruk. (2012). Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Garna, Judistira K. (1996). Ilmu-Ilmu Sosial Dasar-Konsep-Posisi. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjajaran.
Graf, Arndt, Susanne Schroter, dan Edwin Wieringa. (2010). Aceh: History, Politics, and Culture. Pasir Panjang: ISEAS Publishing.
Geertz, Clifford. (1992). Tafsir Kebudayaan. Terjemahan Franscisco Budi Hardiman dari The Interpretation of Cultures: Selected Essays. Yogyakarta: Kanisiu
Hall, S. (2009). REPRESENTATION: Cultural Representations and Signifying Practices.
London: SAGE Publication Ltd.
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Antropologi. Jakarta: P. D Aksara.
Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Maulana, Gibran. (2011). Kumpulan Lengkap Cerita Rakyat Nusantara. Surabaya: Karya Gemilang Utama.
Polak, J.B.A.F. Maijor. (1985). Sosiologi: Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta: Ikhtiar Baru.
Roucek, Joseph Sabey dan Roland Leslie Warren. (1984). Pengantar Sosiologi. Sahat Simamora (Penerj.). Jakarta: Bina Aksara.Kaba Anggun Nan Tongga. (2018). Retrieved from Rumahdongeng.com: http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=248
Legenda Bujang Sambilan. (2009, October). Retrieved from Paco-Paco: https://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/17/asal-usul-danau-maninjau-legenda-bujang-sambilan/
Asal Mula Nagari Minangkabau. (2017, May). Retrieved from Cerita Rakyat: http://cerita-rakyat.com/asal-mula-nagari-minangkabau/
Hikayat Sabai Nan Aluih. (n.d.). Retrieved from History: https://histori.id/kisah-sabai-nan-aluih/
Meiyenti, S. &. (n.d.). Sistem Kekerabatan Minangkabau Kontemporer : Suatu Kajian Perubahan dan Keberlangsungan Sistem Kekerabatan Matrilineal Minangkabau. Unity, Diversity and Future.
Nurti, Y. (2007). Peranan Keluarga Matrilineal Minangkabau terhadap Keberadaan Perempuan Lanjut Usia.
Rouf, Irwan dan Shenia Ananda. (2013). Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Jakarta: Anak Kita.
Soekanto, Soerjono. (1993). Kamus Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sungkowani, Yulitin dkk. (2011). Antologi Cerita Rakyat Jawa Tengah. Sidoarjo: Balai Bahasa Surabaya.
Yahya, Rifai. (2008). Arya Wirasaba. Surabaya: Tiara Aksa
Zaidan, Abdul Rozak. (2002). Pedoman Penelitian Sastra Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
http://Ceritarakyatnusantara.com/id/folkklore/158-La-Upe). Diakses pada 15 Maret 2018, pukul 15.00 WIB.
http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=248. Diakses pada 18 Maret 2018, pukul 10.00 WIB.